Senin, 14 Januari 2013

Indahnya Islam

Islam memberi banyak alasan bagi setiap yang berakal dan mempunyai hati untuk jatuh cinta kepadanya dan akhirnya menetapkan bahwa Islam adalah pilihan hidup. Tidaklah mengherankan bahwa ternyata sejak awal datangnya agama yang mulia ini, semua kalangan mengikrarkan kalimat cinta dan setia kepadanya hingga kalimat perpisahan dengan dunia pun adalah Islam yaitu syahadat Laa Ilaaha Illallah Muhammadun Rasulullah. Islam telah memikat hati Abu bakr ash shiddiq dari bangsa Arab, Shuhaib ar Rumy dari bangsa Rum(Eropa), Salman al Farisy dari bangsa Persia, Bilal dari Habasyah(Afrika), Ali bin Abi Thalib dari kalangan anak-anak, Utsman bin Affan dari kalangan orang kaya, Ammar dari kalangan orang miskin, Khadijah dari kalangan perempuan. Agama Islam sebagai agama pilihan, tidak hanya mengatur hubungan antara hamba dengan Tuhannya semata, melainkan Islam juga mengatur hubungan sesama makluk termasuk di dalamnya hubungan dengan sesama muslim, orang kafir bahkan dengan binatang. Inilah diantara keistimewaan dan daya tarik Islam yang perlu kita ketahui dan sampaikan kepada seluruh umat. Alqur’an dan Hadits sering kali mengajak umat ini untuk berbuat baik(ihsan) kepada sesama makhluk. Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (an Nisaa:36) Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu beliau berkata; berkata kepadaku Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:”bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan ikutilah perbuatan buruk(dosa) dengan kebaikan sebagai penghapusnya dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik” Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata; Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah ditanya tentang amalan yang paling banyak membuat orang masuk surga, maka beliau menjawab;”takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia”. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata;”Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menggabung antara takwa kepada Allah dan akhlak mulia karena takwa kepada Allah memperbaiki hubungan antara hamba dengan Rabbnya, sedangkan akhlak mulia memperbaiki hubungan hamba dengan makluk yang lain, sehingga takwa kepada Allah menumbuhkan cinta hamba kepada Allah sedangkan akhlak mulia dapat mengajak manusia untuk mencintai Allah. Rasulullah pernah ditanya tentang siapa manusia yang paling utama, beliau pun menjawab;”yang paling baik akhlaknya”. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam hadits tadi menjelaskan bahwa orang Islam pilihan adalah yang paling baik akhlaknya, sebaliknya orang yang buruk akhlaknya masuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi dunia dan akhirat walaupun ia shalat, puasa atau telah berhaji. Karena, sekiranya ia benar dan ikhlas dalam setiap amalannya, niscaya akan membuahkan akhlak yang mulia dalam kehidupannya sehari-hari. Shalat yang benar tentu saja akan mencegah hamba dari perbuatan keji dan mungkar, puasa yang ikhlas akan membentuk pribadi yang sabar dan berprilaku baik, sedangkan haji yang mabrur akan membuahkan sifat sabar dan suka membantu sesama. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata; “telah berkata seorang laki-laki; wahai Rasulullah, sesungguhnya si fulanah dikenal dengan banyak shalatnya, puasanya dan sedekahnya namun dia menyakiti tetangganya dengan lisannya, lalu Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda; “dia di neraka” laki-laki itu berkata; wahai Rasulullah, sesungguhnya si fulanah dikenal dengan sedikit puasanya, sedekahnya dan shalatnya, dia hanya bersedekah dengan sepotong keju, namun dia tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya, Rasulullah bersabda;”dia di surga”. Jadi, akhlak yang buruk dapat merusak dan menghapus amal shaleh seseorang hingga tidak bermanfaat sedikit pun baginya sedangkan akhlak yang baik akan memasukkan seseorang ke dalam surga walaupun amal shalehnya sedikit, oleh sebab itulah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda;”sesungguhnya seorang mukmin yang baik akhlaknya akan mencapai derajat orang yang berpuasa atau orang yang shalat”. Dan salah satu akhlak mulia yang terkadang hilang dari pribadi seorang muslim atau yang mengatakan dirinya beriman adalah “ar rifqu” sifat lemah lembut. Sifat “ar Rafiiq” atau maha lembut adalah diantara nama-nama Allah Tabaaraka Wa Ta’ala, dalam sebuah hadits dari Aisyah radhiyallahu anha bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda;”sesungguhnya Allah maha lembut dan menyukai kelembutan,…”. Dalam sejarah nabi dan rasul, sifat lemah lembut juga selalu menyertai dakwah mereka. Allah Ta’ala telah memerintahkan Nabi Musa dan Harun alaihimassalaam untuk bersikap lemah lembut; “Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".(Thaha:43-44) Demikian juga kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, Allah memotivasinya untuk senantiasa bersikap lemah lembut; “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”(Ali Imran:159) Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah suri tauladan dalam sikap lemah lembut. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam beliau bersabda;”sesungguhnya saya pernah masuk(imam) dalam sebuah shalat, saya hendak memanjangkannya namun saya mendengar tangisan bayi maka saya memendekkannya karena saya mengetahui betapa risau ibunya karena tangisannya”. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:”sekiranya tidak memberatkan umatku, sungguh saya akan memerintahkannya untuk bersiwak setiap kali berwudhu”. Menjadi Guru Yang Lemah Lembut Seorang guru yang mengaku mencintai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tentu akan mengikuti metode mengajar beliau. Hendaklah ia menyayangi muridnya, tidak mencelanya, tidak membentaknya, tidak memukulnya hanya karena kurang memahami pelajaran, atau hafalannya yang lemah atau kesalahan-kesalahannya yang lain hendaklah seorang guru memaafkannya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya seorang a’raby(arab badui) kencing di sudut masjid, lalu orang-orang pun bersegera kepadanya(untuk mencegahnya), namun Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melarangnya dan bersabda;”sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah dan kalian tidaklah diutus untuk menyusahkan, siramkan padanya(kencing arab badui) satu timba air…”. Dari Muawiyah bin al Hakam as Sulamiy radhiyallahu anhu beliau berkata:”disaat saya sedang shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang bersin dari suatu kumpulan orang, lalu saya pun mengucapkan; yarhamukallah,… [berbicara atau berkata-kata selain dari bacaan shalat disaat shalat dibolehkan pada awal disyariatkannya shalat, kemudian perbuatan tersebut dilarang, sedangkan Muawiyah belum mengetahui pelarangan itu] …beliau(Muawiyah) berkata; maka orang banyak pun melemparkan pandangannya kepadaku………..lalu ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam selesai shalat, Muawiyah berkata; demi bapakku, dia dan ibuku, saya tidak pernah melihat guru sebelum dan sesudahnya yang sangat baik cara mengajarnya dari beliau. Demi Allah beliau tidak membentakku, tidak pula memukulku juga tidak mencelaku, beliau bersabda;”sesungguhnya shalat ini tidak dibolehkan di dalamnya sesuatu pun dari perkataan manusia, sesungguhnya dia(yang dibolehkan) hanyalah tasbih, takbir dan bacaan al Qur’an”. Apa yang keluar dari hati, jatuhnya pada hati pula. Sesungguhnya sikap lemah lembut merupakan cara yang terbukti paling cepat untuk menyentuh hati siapa saja. Kalau setiap orang merasa perlu memiliki sifat ini, tentu bagi seorang guru atau dai sangat perlu menghiasi dirinya dengan akhlak mulia ini supaya umat ini semakin mencintai Islam dan umat lain menjadi tertarik dengan keindahan Islam yang kita dakwahkan. Oleh karena itulah Allah Ta’ala berkata kepada Nabi Musa dan Harun alaihimassalaam; “Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".(Thaha:43-44) Kata-kata yang lemah lembut dalam ayat di atas telah ditafsirkan oleh ayat yang lain dalam al Qur’an; "Pergilah kamu kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas, Dan Katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)". Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?"(An naazi’at:17-19) Saudaraku, perhatikanlah kalimat yang menunjukkan kelemahlembutan yang terpancar keluar dari setiap hurufnya. Di dalamnya tidak ada paksaan tapi penawaran yang mengandung musyawarah ”Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)"? Jadi, dakwah Islam bukanlah paksaan dan kekerasan tapi penawaran dan kelembutan. Sikap Lemah Lembut Dalam Keluarga Seorang suami hendaklah bersikap lembut kepada istrinya dengan tidak membebani pekerjaan yang tidak disanggupinya, jika suami memberikan tugas atau pekerjaan hendaklah ia membantunya sebagaimana firman Allah Ta’ala;“…dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa…”(al Maidah:2) Dari Ibrahim dari Al Aswad beliau berkata; “saya pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu anha apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pada istrinya? Beliau menjawab;”beliau membantu istrinya dan jika waktu shalat tiba, beliau bangkit menunaikan shalat”. Demikian pula halnya dengan istri hendaklah bersikap lembut kepada suaminya dengan tidak meminta sesuatu yang tidak dimilikinya atau tidak membebaninya dengan pekerjaan yang tidak disanggupinya. Dan bagi kedua orangtua hendaklah bersikap lemah lembut pula kepada anak-anaknya sebagaimana sikap yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Sikap Lemah Lembut Kepada Binatang Dari Abdullah Radhiyallahu Anhu beliau berkata;”kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam sebuah safar, lalu beliau pergi untuk menunaikan hajatnya, lalu kami melihat seekor keledai betina bersama dua anaknya, kami mengambil kedua anaknya, lalu keledai itu datang hingga duduk telentang, lalu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam datang kemudian bersabda;”siapa yang membuat sedih (keledai) ini dengan (mengambil)anaknya? Kembalikan anaknya kepadanya” Dari Abdullah bin Ja’far Radhiyallahu Anhu beliau berkata;”Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memasuki pagar seorang laki-laki dari kalangan Anshar, tiba-tiba datang seekor unta, maka unta tersebut bersuara dan mengucurkan air mata ketika melihat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, lalu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pun menghampirinya lalu mengusap kepalanya hingga terdiam. Lalu beliau bersabda; siapa pemilik unta ini? Maka datanglah seorang pemuda dari kalangan Anshar lalu dan berkata; milikku wahai Rasululllah, lalu beliau bersabda;”tidakkah engkau bertakwa kepada Allah pada binatang ini yang Allah anugerahkan kepadamu karena sesungguhnya dia mengeluh kepadaku bahwasanya kamu membuatnya kelaparan dan membuatnya kelelahan”. Bahkan Allah Tabaaraka Wa Ta’ala akan mengadzab siapa saja yang menyiksa binatang, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Rasulullah Shalllahu Alaihi Wasallam beliau bersabda;”seorang perempuan masuk neraka karena seekor kucing yang diikatnya, ia tidak memberinya makan juga tidak melepaskannya (mencari)makan berupa serangga hingga kucing itu mati”. [disarikan dari Master Textbook: Ushul Da’wah; al Madinah International University]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda

Sekretariat : Jl. Raya Namalean-Sikaru
Kataloka-Seram Bagian Timur,Tlp. 081341535713
Email : man.namsik@gmail.com
Kepala Sekolah : Safruddin, S.Pd